LDR ( Light Dependent Resistor ) yaitu jenis sensor cahaya. Dengan
menggunakan LDR ini kita dapat mematikan lampu tanpa memencet tombol saklar (
otomatis ). Jadi lampu akan mati sendiri apabila cahaya yang ada besar ( Terang
) sendangkan lampu akan hidup sendiri ketika cahaya yang ada kecil ( gelap
). Sensor ini sangat bermanfaat ketika kita malas atau lupa memencet
saklar untuk mematikan lampu.
Bahan :
1. PCB
2. Transistor NPN C829
3. IC LM 741
4. LDR (Light Defendent Resistor)
5. Potensio 50K
6. Relay 12V 5 kaki
7. Resistor 10 K dan 56 K
Gambar Rangkaian :
Prinsip Kerja :
1. Tegangan sumber dari Power suply sebesar 12 V.
2. Dihungungkan dengan LDR dan Potensio.
3. Sehingga tegangan di LDR 12V dan Potensio
sebesar 12V.
4. Jika LDR menerima cahaya yang intensitasnya
rendah maka nilai hambatannya akan lebih besar melebihi hambatan yang telah di
atur pada potensio artinya tegangan pada potensio yang terhubung dengan Gate
negatif lebih besar sehingga output dari IC menjadi sangat kecil di bawah batas
nilai saturasi pada transistor, menyebabkan transistor Off, sehingga relay pada
colector tidak dialiri arus, maka saklar tertutup, sehingga lampu
menyala.
5. Jika LDR menerima cahaya yang intensitasnya
tinggi maka nilai hambatannya akan lebih kecil dari pada hambatan yang telah di
atur pada potensio artinya tegangan pada potensio yang terhubung dengan Gate
negatif lebih kecil sehingga output dari IC menjadi di atas batas nilai
saturasi pada transistor, menyebabkan transistor ON, sehingga relay pada
colector dialiri arus, maka saklar terbuka, sehingga lampu tidak menyala.
Terimakasih Telah membaca artikel ini semoga
bermanfaat.
ian tentang suatu benda. Seperti
contoh rangakaian sensor cahaya, sensor suara, dan sensor gerak. Untuk
mempelajari dibutuhkan pemahaman yang mendalam dari suatu kumparan. Khusus
untuk rangkain sensor menggunakan cahaya, ada beberapa kasus umum seperti efek
rumah kaca yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energy listriknya.
Komponen yang biasanya digunakan ada 3 yaitu LDR atau biasa disebut dengan
Light Dependent Resistor. Dioda Foto atau
Photo Diode dan yang terkhir adalah Transistor Foto atau photo
transistor. Ketiga komponen tersebut adalah unsur utama dalam kumparan rangkaian sensor cahaya.
Gambar Skema Rangkaian Sensor Cahaya
Ada beberapa jenis jenis
rangkaian sensor cahaya, yang pertama adalah fotoresistor yang berfungsi
sebagai pengubah resistansi ketika mengenai cahaya. Yang kedua, Sel matahari
berguna untuk menghasilkan tegangan dan memberikan arus listrik ketika mengenai
cahaya. Yang ketiga adalah Fotodiode yang dapat digunakan pada mode fotovoltaik
maupun fotokonduktif. Yang keempat adalah fototransistor digunakan untuk
menggabungkan salah satu metode penyensoran di atas. Dan yang terakhir adalah tabung
cahaya yang mampu memancarkan electron ketika mengenai cahaya dan umumnya
bersifat sabgai fotoresistor. Didalam pelajaran dasar Ilmu Pengetahuan alam,
ada 2 macam rangkaian sensor cahaya
yaitu rangkaian seri dan rangkaian parallel. Rangkaian seri adalah rangkaian
yang mempunyai rangkaian yang sejajar dengan sumber tenaga sedangkan pararel
adalah rangkaian yang mempunyai rangkaian secara acak.
LDR adalah salah satu komponen penting
dalam rangkaian sensor cahaya. LDR adalah satu komponen elektronika
yang memiliki hambatan yang bisa berubah sesuai dengan perubahan intesnsitas
cahaya. Hambatan dari LDR akan berkurang seiiring semakin besarnya intensitas
cahaya yang mengenai permukaanya. Besarnya hambatan LDR itu berbeda dan
tergantung sesuai dengan bentuk dan ukuranya. Semakin rapat pola garis di
permuakaan kumparan, biasanya perubahan hambatanya akan semakin besar dan bisa
bersifat lebih sensitive terhadap cahaya. Dalam sensor cahaya LDR dipasang seri
dengan Variabel Resistor atau (VR) yang berukurukan 20k.
Demikian penjelasan singkat mengenai
rangkaian sensor cahaya, semoga artikel kali ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Sensor Jarak,
Sensor Ultrasonik,
Sensor Tekanan, Sensor Suara, Sensor Suhu dan Sensor Cahaya.
Gambar rangkaian sensor cahaya
Pada rangkaian sensor
cahaya ini menggunakan relay untuk pensaklaran tegangan jala-jala PLN 220 volt.
Beban yang ingin dikendalikan tidak hanya sebatas lampu saja tetapi bisa
digunakan beban lain sesuai kebutuhannya. Yang pasti dengan cara pensaklaran
relay diatas beban yang dikeandalikan adalah beban dengan tegangan supply 220
V. Rangkaian diatas merupakan rangkaian sensor cahaya yang sederhana dan
sering ditemui, karena memang menurut saya rangkaian sensor cahaya bisa
berkerja dengan penggunaan kompenen yang relatif sedikit dan rangkaian yang
sederhana.
Rangkaian sensor diatas menggunakan LDR sebagai alat perasa perubahan intensitas cahaya. LDR
(Light Dependent Resistor) adalah komponen elektronika yang pada dasarnya
mempunyai sifat yang sama dengan resistor, hanya saja nilai resistansi dari LDR
berubah-ubah sesuai dengan tingkat intensitas cahaya yang diterimanya.
Rangkaian diatas bisa digunakan untuk pengaktifan lampu taman. Pada saat
hari mulai malam maka lampu tersebut akan menyala otomatis layaknya lampu
taman. Pengaturan kepekaan dari sensor digunakan potensio VR1 100 K. Adapun
komponen yang diperlukan sbb :
- LDR
- Q1 : Transistor BC107 atau BC 547
- VR1 : Potensio 100 Kohm
- RL1 : Relay 9 Volt
- R1 : 1K
- R2 : 47 Kohm
- BL1 : Lampu taman
Prinsip kerja dari rangkaian sensor cahaya diatas
sebenarya sangat sederhana. Pembagian tegangan antara VR1 dan LDR merupakan
inti dari rangkaian sensor cahaya diatas. Kenaikan tegangan pada VR1 akan
mengurangi tegangan yang jatuh pada LDR, begitupun sebaliknya kenaikan tegangan
pada LDR akan mengurangi tegangan jatuh pada VR1. Pembagian tegangan sesuai
dengan rumus pembagi tegangan yang berlaku pada rangkaian seri, tegangan supply
9 volt sama dengan jumlah tegangan pada R1, VR1 dan LDR. VR1 digunakan untuk
memposisikan tegangan pada LDR supaya berada pada titik kritis dan tidak sampai
membuat transistor Q1 menjadi aktif. Sehingga pada saat kedaan cahaya
semakin gelap tegangan pada LDR akan membuat transistor Q1 menjadi aktif. Hal
ini dikarenakan nilai resistansi LDR akan naik apabila intensitas cahaya
semakin gelap. Jika kita ingin membuat rangkaian sensor yang
aktif pada saat cahaya semakin terang maka kita tinggal menukar
posisi antara LDR dengan potensio VR1. Untuk prinsip kerjanya pada dasarnya
sama dengan rangkaian sensor cahaya aktif gelap diatas. Kesemua
rangkaian memanfaatkan hukum pembagi tegangan atau pengaturan arus ke basis
transistor yang digunakan sebagai saklar.
Sebagai catatan anda bahwa sensor cahaya yang menggunakan
LDR sebagai komponen peng-indra atau perasa mempunyai respon yang relatif
lambat. Sehingga jika anda ingin membangun rangkaian yang mempunyai respon yang
cepat seperti untuk penghitungan pada rangkaian counter maka LDR tidak cocok
untuk digunakan. Mungkin anda bisa memanfaatkan sensor infra merah atau
komponen sensor yang lain. C
ensor cahaya biasanya macem2, mulai dari fotodioda,
fototransistor, LDR dan masih banyak lagi. Untuk membuat rangkaian sensor
cahaya kita menggunakan Analog to Digital Converternya ATMega, kalau untuk
jenis ATMega16, ATMega32 dan ATMega8535 kita bisa menggunakan PINA.
Prinsip kerja rangkaian sensor cahaya ini sama seperti
sensor suhu LM35, dimana subrutin ADC milik ATMega
akan mengambil input dari kaki ADC kemudian program akan membaca output ADC
tersebut.
Berikut contoh penggunaan sensor cahaya menggunakan LDR,
saya ambil dari laporan praktikum yang saya ampu, dibuat oleh Mas Adi Candra
Swastika. Cara kerja program ini mikrokontrol akan mengambil output ADC dari
LDR dan jika hasil pembacaan ADC melebihi 150 maka LCD akan menampilkan angka 1
(high) selain itu maka akan menampilkan angka 0 (low). Program ini dapat
dimodifikasi sendiri misal dengan memvariasikan perlakuan output.
*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.05.0 Professional
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2010 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
Project :
Version :
Date : 13/04/2012
Author : Adi Candra Swastika
Company :
Comments:
Chip type : ATmega16
Program type : Application
AVR Core Clock frequency : 16.000000 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 256
*****************************************************/
#include <mega16.h> // mikrokontroler yang dipakai
adalah atmega 16
#include <stdio.h>
#include <delay.h> //memasukkan library delay atau
waktu tunda
// Alphanumeric LCD Module functions
#include <alcd.h> // library yang menunjukkan
penggunaan lcd
unsigned char a, reff=150;//definisi variabel a, dan
menentukan angka 150 sebagai referensi
char buff[32];
unsigned char adc_data;
#define ADC_VREF_TYPE 0x20
// ADC interrupt service routine
interrupt [ADC_INT] void adc_isr(void)
{
// Read the 8 most significant bits
// of the AD conversion result
adc_data=ADCH;
}
// Read the 8 most significant bits
// of the AD conversion result
// with noise canceling
unsigned char read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input
voltage
delay_us(10);
#asm
in r30,mcucr
cbr r30,__sm_mask
sbr r30,__se_bit | __sm_adc_noise_red
out mcucr,r30
sleep
cbr r30,__se_bit
out mcucr,r30
#endasm
return adc_data;
}
void main(void)
{
//definisi IO(input output) pada masing-masing port
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// External Interrupt(s) initialization
// INT0: Off
// INT1: Off
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization
TIMSK=0x00;
// USART
initialization
// USART disabled
UCSRB=0x00;
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 1000.000 kHz
// ADC Voltage Reference: AREF pin
// ADC Auto Trigger Source: ADC Stopped
// Only the 8 most significant bits of
// the AD conversion result are used
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x8C;
// SPI initialization
// SPI disabled
SPCR=0x00;
// TWI initialization
// TWI disabled
TWCR=0x00;
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu:
// RS – PORTB Bit 0
// RD – PORTB Bit 1
// EN – PORTB Bit 2
// D4 – PORTB Bit 4
// D5 – PORTB Bit 5
// D6 – PORTB Bit 6
// D7 – PORTB Bit 7
// Characters/line: 16
lcd_init(16);
// Global enable interrupts
#asm(“sei”)
while (1)
{
a=read_adc(0); // pembacaan adc dimasukkan pada variabel
a
lcd_gotoxy(0,0); //mendefinisikan koordinat x=0 y=0
sebagai awal mula penulisan LCD
sprintf (buff,”ADC0 : %d”,read_adc(0)); //menuliskan
nilai ADC pada LCD
lcd_puts(buff);
lcd_gotoxy(0,1);//mendefinisikan koordinat x=0 y=1 sebagai
awal mula penulisan LCD
if(a<reff){ //perumpamaan jika a kurang dari nilai
referensi (150) maka LCD
lcd_putsf(“0”); //akan menampilkan angka 0, jika
a>referensi (150) maka LCD
}else{ //akan menampilkan angka 1
lcd_putsf(“1”);
}
delay_ms(300); //memberikan delay sebesar 300 milisecond
lcd_clear();
}
}
Featured Resources:
|



Tidak ada komentar:
Posting Komentar